Masih tentang SMS Gratis

Di posting terdahulu saya menulis tentang tidak adanya lagi sms gratis mulai bulan Juni ini. Tapi sepertinya ada kesalahan saya memahami berita yang perihal gratisnya SMS ini, sehingga saya menuliskan posting yang tadi pun juga menjadi kurang tepat.

Saya menulis bahwa dengan diberlakukannya kebijakan ini, maka sms-sms gratis yang selama ini kita terima dari operator akan ditiadakan. Dan itu akan mulai berlaku per bulan Juni ini. Ini adalah salah satu ketidakcermatan saya membaca berita. Saya pun tergesa-gesa menyimpulkan bahwa sms gratis sudah tidak ada lagi. Akibatnya tulisan saya pun menjadi salah.

SMS gratis yang saya maksudkan di tulisan itu adalah SMS antar pelanggan seluler. Misalnya saya mengirim SMS ke teman atau anda mengirim SMS ke kontak anda, dimana tidak ada gratisan lagi. Tapi setelah saya baca berulang-ulang berita tentang SMS gratis ini, sepertinya yg dimaksud bukan itu.


Menurut berita ini bahwa yang dimaksud adalah pengiriman SMS antar operator selular dan bukan antar pelanggan. Sebelum kebijakan ini skema nya adalah sender keep all (SKA). Operator pengirim akan mendapatkan pendapatan dari pelanggannya, sedang operator penerima tidak mendapatkan apa-apa. Malah terbebani trafik sms dari operator yang mengirim.

Akibatnya, untuk mencari pendapatan, operator penerima pun akan membuat program yang sama. Yaitu bagaimana membuat agar pelanggannya menggunakan SMS. Tentu saja semakin banyak SMS, akan semakin banyak pula pemasukan yang didapat. Dan ini tentu saja akan membebani trafik pada operator penerima yang lainnya.

Yang jadi masalah adalah jika tidak ada keseimbangan banyaknya SMS antar operator. Tentu saja operator dengan pelanggan yang besar akan lebih banyak SMS nya dibanding operator yang kecil.

Inilah akhirnya yang dianggap oleh pemerintah tidak fair. Maka keluarlah kebijakan baru yang diberlakukan mulai Juni ini. Yaitu tidak berlaku lagi sistem SKA dan sekarang berlaku sistem interkoneksi berbasis biaya. Bedanya kalau dulu di skema SKA operator pengirim tidak dikenakan bayaran, malah ia yang mendapatkan pemasukan, sedang operator penerima hanya kebagian beban trafik. Sedang untuk sistem berbasis biaya ini operator pengirim harus membayar sejumlah tertentu ke operator penerima. Skema ini dianggap lebih adil.

Besar tarif antar operator ini ditetapkan sebesar Rp 23/sms. Angka ini berdasarkan kajian independen untuk tahun 2010 dan dianggap masih bisa dipakai untuk saat ini.

Lalu apakah dengan skema baru ini tarif SMS ke pelanggan akan naik? Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring menegaskan tidak. Jadi kita sebagai pelanggan selular tentunya tidak perlu khawatir akibat dari kebijakan ini.

Lantas, apakah dengan kebijakan baru ini membuat operator menghentikan pemberian gratis sms ke pelanggannya? Belum tahu pasti. Tapi yang jelas, 2 hari terakhir ini saya perhatikan di operator Indosat yang saya pakai, masih berlaku setiap mengirim 10 SMS akan mendapatkan 100 SMS gratis. Juga di nomer Simpati yang saya gunakan masih ada bonus gratis SMS nya.

Bagaimana dengan operator yang anda pakai, masih kah gratis?

Demikian, sekadar pelurusan atas ketidakcermatan saya pada tulisan sebelumnya, akibat salah memahami berita, maka posting pun jadi tidak tepat.

Post a Comment