Pulang Kampung yuk

(gbr: carrefour.co.id)
Seminggu sebelum lebaran biasanya para pendatang sudah mulai mudik. Yaitu pulang ke kampung halamannya masing-masing untuk merayakan hari raya dengan sanak keluarga.

Maka jalur-jalur mudik pun mulai ramai. Bandara, stasiun kereta, terminal bis sudah terlihat sibuk melayani arus mudik. Media masa pun berlomba menyajikan informasi terkini seputar arus mudik dari berbagai daerah.

Mempersiapkan mudik, makin kesini makin susah. Terutama soal transportasi. Kalau dulu kita mungkin masih bisa memesan tiket pesawat, tiket kereta, tiket bis mendekati hari H lebaran. Sekarang tidak akan bisa seperti itu.

Tahun lalu misalnya, saat saya membeli tiket pesawat untuk keberangkatan menjelang lebaran, saya harus membelinya di awal-awal ramadan. Karena kalau tidak, bisa tidak kebagian tiketnya. Atau pun kalau dapat tiket, tentu harganya sudah hampir 2 kali lipat. Meski membeli di awal ramadan, harganya pun sudah naik dibanding saat hari biasa.

Untuk tiket kereta api hampir sama. Kalau dulu tiket bisa didapatkan beberapa hari sebelum keberangkatan. Tapi kali ini, walau penjualan tiket dibuka sebulan sebelum keberangkatan, sudah ludes terjual. Bahkan banyak yang mengantri yang tidak mendapatkan tiket. Apalagi ini diperparah dengan praktek percaloan yang dari dulu sudah menjadi hal yang biasa di stasiun. Tidak tahu saat ini, apakah praktek percaloan ini sudah berkurang, atau malah makin parah. Karena sudah lama tidak naik kereta api untuk mudik.

Belum lagi kalau menggunakan angkutan darat seperti mobil pribadi atau bus umum. Dengan moda ini harus siap dengan kondisi kemacetan yang hampir tiap tahun terjadi dan di titik yang sama. Adalah perjuangan tersendiri melakukan perjalanan darat saat mendekati lebaran. Pernah ada teman yang mudik dan 48 jam berada di jalan.

Hal lain yang juga menyita persiapan adalah mencari oleh-oleh buat keluarga, membelikan baju-baju untuk keponakan atau saudara. Dan yang paling penting adalah sejumlah dana yang tidak sedikit. Baik itu keperluan kita mudik, makan di perjalanan, rekreasi dan juga 'sangu' yang akan kita berikan ke saudara dan kerabat terdekat.

Tapi herannya, dengan segala persiapan dan perjuangan yang seberat itu, tidak menyurutkan orang untuk mudik. Setiap tahun selalu bertambah jumlah pemudik, baik melalui darat, laut, udara. Sementara sarana yang tersedia masih segitu-gitu saja. Hal ini tentu membuat perjalanan mudik makin kesini, terasa makin tidak nyaman.

Bahkan masih ada juga orang yang nekat mudik dengan kendaraan yang beresiko tinggi jika digunakan jarak jauh. Seperti misalnya sepeda motor, sepeda motor gerobak, kendaraan bak terbuka. Dari tahun ke tahun tidak sedikit korban nyawa saat menggunakan kendaraan jenis ini.

Tentu saja ada hal yang tertebus dengan perjalanan mudik yang makin berat ini. Yaitu perasaan senang bisa berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara saat merayakan hari lebaran. Rasa capek di perjalanan, dana yang tidak sedikit yang kita keluarkan seakan tidak sebanding dengan perasaan senang dan perasaan bahagia. Sepintas sepertinya tidak masuk akal. Tapi begitulah kenyataannya.

(gbr: analisadaily.com)

Saya pun mengalami seperti itu. Sebagai pendatang di kota, saya juga sebagai pemudik. Ada suasana tersendiri saat berkumpul dengan orang tua dan saudara di kampung halaman saat lebaran. Apalagi di kampung masih ada tradisi 'nglencer' yaitu semacam silaturahim dengan cara mengunjungi ke masing-masing rumah saudara dan berbagi cerita tentang kehidupan kita masing-masing selama tidak bertemu. Ada semacam kekayaan batin setelah kita berbagi cerita itu. Ada rasa syukur, rasa sedih, introspeksi, setelah bersilaturahim.

Yang juga mengasyikan adalah bertemu dan bernostalgia dengan teman-teman masa kecil. Kita bisa tertawa-tawa saat cerita tentang kelucuan dan kenakalan saat masa kecil. Misalnya mandi di kali bersama-sama yang warna airnya keruh dan nyolong jambu atau mangga punya tetangga sebelah.

Barangkali itulah nikmatnya menjadi orang udik. Bisa sejenak rekreasi dan nostalgia dari hiruk pikuknya kota.

Selamat mudik untuk teman-teman yang melakukan perjalanan mudik. Tahun ini saya tidak mudik lebaran dan menggantinya dengan pulang kampung beberapa bulan setelahnya. Walau memang tidak tergantikan suasana lebarannya.

4 comments

  1. kami juga tidak mudik tahun ini.
    mungkin nanti setelah beberapa hari
    emang sih nuansa lebarannya gak dapet
    tapi gimana lagi
    klo mudik semua, takut Monas dicolong orang hahaha j/k

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah sayangnya jauh monas dari bekasi. kalau deket, saya akan bantu bu nique untuk ronda jagain monas... :-)

      Delete
  2. aku nggak bisa mudik thn ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. di jerman nya di mana bu? aku ada kakak ipar di dresden. tahun ini juga ga bisa pulang... :-)

      Delete

Post a Comment