Di Tangkuban Parahu, Seperti di Bawah Awan

Ke Tangkuban Parahu yuk
(foto: pribadi)
Saya sengaja dalam tulisan ini menggunakan Tangkuban Parahu (bukan Perahu), karena mengikuti penulisan yang ada di papan petunjuk dan juga plang yang ada di lokasi wisata. Parahu adalah kata dalam Bahasa Sunda yang artinya perahu.

Untuk mencapai lokasi wisata Tangkuban Parahu sebenarnya gampang. Karena lokasinya yang terletak di antara jalan raya Ciater – Lembang, sehingga mudah dicapai. Tapi kalau tidak berhati-hati, kalau anda dari arah Ciater anda bisa kebablasan. Ini dikarenakan akses masuk ke Tangkuban Parahu agak berbelok tajam. Papan penunjuk pun kurang jelas dari arah Ciater dan lebih menghadap ke arah sebaliknya. Ditambah banyak baliho dan umbul-umbul karena saat itu sedang acara pekan budaya gunung tangkuban perahu yang makin membuat tidak jelas petunjuk masuk ke kawasan ini.

Saya terlewat dari pintu ini (foto: pribadi)
Ini saya alami sendiri. Saat itu saya dari arah Ciater. Dari awal memang saya belum tahu pasti arah kesini. Hanya berpatokan saja setelah melewati Wisata Air Panas Cianter, saya harus siap-siap mencari arah ke Tangkuban Parahu. Tapi hingga menjelang Lembang masih belum ketemu arah ke Tangkuban Parahu. Malah semakin lama semakin dekat dengan Lembang. Akhirnya saya mengubah rencana untuk berkunjung ke Maribaya dulu baru nanti dilanjut ke Tangkuban Parahu.

Perjalanan dari Maribaya ke Tangkuban Parahu cuma memakan waktu 40 menit dengan jarak sekitar 13 Km. Itu pun sudah termasuk kepadatan karena banyaknya kendaraan yang mengarah ke Ciater dari arah Lembang. Dari Lembang jalannya lumayan nanjak, tapi tidak setajam tanjakan yang dari arah Ciater. Patokannya setelah Treetop Adventure Park jalan pelan-pelan dan nanti kalau ketemu pertigaan langsung ambil ke kiri. Dari pertigaan tadi masuk sedikit sudah terlihat pintu gerbang Tangkuban Parahu.

Mengantri (foto: pribadi)
Kami mengantri untuk masuk dan membayar tiket masuk di gerbangnya. Setelah itu langsung melanjutkan perjalanan menuju ke kawah. Jalanan ke arah kawah menanjak dengan kondisi jalanan yang lumayan bagus. Ada beberapa titik jalan berlubang, tapi secara umum masih bisa dilewati dengan lancar. Asiknya lagi di kiri kanan jalan dari pintu masuk tadi dihiasi dengan bunga terompet yang sebagian sudah mulai mekar.
Bunga terompet yang mekar (foto: pribadi)

Perjalanan ke atas masih melewati jalan yang agak menanjak yang kondisi jalanan yang banyak tikungan. Tadi ketemu petunjuk untuk menuju Kawah Domas. Saya tidak mengikuti petunjuk itu karena jalanannya mengecil dan terlihat tidak banyak yang mengarah ke situ. Saya lebih memilih meneruskan ke atas di jalan utama ini. Sampai akhirnya ketemu terminal bis dan tempat parkir bis pariwisata. Namanya terminal Jayagiri. Saya masih terus melanjutkan perjalanan ke atas.

Sampai akhirnya di depan terlihat mulai banyak mobil berderet parkir. Wah, ini sudah sampai lokasi, pikir saya. Saya pun akhirnya memarkir mobil di sini dengan pertimbangan kalau di atas nanti akan sulit mendapatkan parkir. Terbukti disini mulai banyak yang memarkirkan kendaraannya.

Lalu saya berjalan kaki menuju bebatuan yang tinggi. Rupanya disini adalah sisi kawah yang terdekat dengan tempat saya parkir. Dari atas bebatuan sini mulai terlihat kawah yang memanjang dan mengepulkan asap. Karena di ketinggian, disini terasa dingin dan segarnya udara yang tertiup angin.

Kawah Ratu (foto: pribadi)

Mobil terparkir rapi di pinggir kawah (foto: pribadi)

Makin ke arah kanan tampak makin ramai pengunjung dibanding di sini. Saya pun, dan juga pengunjung lain, berjalan menuju ke sana. Tapi kali ini saya berjalan dari batu-batu yang mengelilingi kawah ini dan tidak melewati jalanan yang terletak di bawah.

Di jalanan menuju ke atas ini banyak pedagang yang menjual kupluk, syal dan topi ala Rusia yang ada buntutnya. Tidak heran, dari sejak tadi di bawah banyak pengunjung yang memakai topi ala Rusia ini. Ada juga penjaja yang menawarkan foto instan. Usaha seperti ini ternyata masih ada saja. Padahal hampir semua orang saat ini memiliki ponsel berkamera dan umumnya terjangkiti 'virus' narsis. Buat yang membawa anak kecil boleh juga mencoba naik kuda yang banyak juga ditawarkan disini.

Akhirnya sampailah kami di titik paling ramai. Di sini adalah batas akhir yang bisa dilewati mobil, makanya parkirnya luas dan paling banyak kendaraan yang parkir. Walau begitu masih ada tempat parkir. Saya jadi nyesel kedua kalinya kenapa tidak parkir disini. Enaknya adalah di sini titik terdekat untuk melihat kawah yang paling besar, namanya Kawah Ratu. Dan disini juga ada semacam plang yang bertulisan Kawasan wisata Tangkuban Parahu. Tempat yang cocok untuk yang ingin foto-foto. Dan di sinilah tempat terbanyak berkumpulnya pengunjung.

Disamping itu disini juga ada semacam tempat yang diberi tangga untuk menaikinya. Dari tempat ini bisa melihat hampir seluruh pemandangan di sekitar. Ke arah barat bisa memandang kawah dan pegunungan sementara di bagian timur bisa melihat hijaunya pepohonan hutan.

Saya mendekat ke arah Kawah Ratu melalui bebatuan dan mendekat ke pagar pembatas. Saya bisa melihat dengan jelas luas dan memanjangnya kawah di Tangkuban Parahu ini. Di kawah yang paling besar, Kawah Ratu, terdengar desiran dan suara gemuruh dan disertai asap nya yang mengepul ke atas. Sementara kawah-kawah kecilnya terlihat mengeluarkan asap yang tipis.

Cuaca disini cepat berubah. Kadang panas terik, terus tiba-tiba mendung, sedikit gerimis lalu terang lagi. Hanya satu yang jelas, yaitu udara disini cukup dingin dan dengan angin yang berhembus pelan. Hembusan angin kadang-kadang agak kencang dan membawa kabut dari arah hutan. Makin lama makin banyak kabut dan hampir menutupi atas kami hingga ke arah kawah. Kita seakan-akan berada di tengah kabut dan jarak pandang yang pendek ke sekeliling. Ini pun menjadi pengalaman yang menyenangkan dan tidak lupa harus diabadikan dengan foto-foto. Tidak lama kemudian kabut tadi pelan-pelan menghilang lagi dibawa angin yang dari tadi berhembus.

Kabut yang tiba-tiba datang (foto: pribadi)

Diselimuti kabut (foto: pribadi)

Kabut di atas kawah (foto: pribadi)

Saya pun masih menyusuri kawah dan masih ingin melihat dari sisi yang lainnya. Kali ini saya memilih untuk melewati jalan yang banyak penjual souvenir khas Tangkuban Parahu. Ada yang berupa kaos, angklung, topi hangat dan kerajinan tangan lain. Tidak ketinggalan banyak pedagang juga yang menjajakan makanan. Yang sering terlihat adalah makanan bakwan dan pisang goreng yang ukurannya besar-besar yang bikin ngiler yang melihatnya dan jagung bakar tentunya yang enak dimakan hangat di udara yang dingin.

Ada yang menarik di warung di depan saya. Ada minuman hangat bandrek. Minuman ini tidak dihidangkan dengan gelas biasa, tapi menggunakan potongan bambu. Sementara bandreknya disimpan di kuali yang terbuat dari tanah dan dipanaskan dengan arang batok kelapa. Saya pesan satu gelas. Yang unik, kalau biasanya bandrek di Jakarta tidak ada isinya, disini bandreknya ada isi kelapa mudanya. Jadi saat diminum terasa hangat rempahnya dan ada kriuk dari kelapa muda. Enak rasanya menyelonjorkan kaki yang dari tadi jalan sambil minum bandrek yang menghangatkan badan.

Setelah istirahat saya masih lanjut menyusuri lagi pinggiran kawah. Makin jauh menyusuri ternyata pengunjung tetap banyak. Di tempat ini enak dipakai duduk-duduk sambil melihat pemandangan kawah di depan. Makanya tidak sedikit disini penjual makanan dan minuman yang menyediakan tikar untuk duduk istirahat dan menawarkan minuman panas dan makanan yang dijualnya.

Ada kejadian yang lucu disini. Saat itu ada sepasang wisatawan asing, berkulit putih dan berambut pirang, sebutlah sebagai bule. Ceritanya bule ini minta tolong untuk difoto berdua dengan temannya oleh pengunjung lain. Setelah itu sebagai imbalannya si bule tadi juga membantu memfoto orang tadi dan bonus berfoto dengannya. Disinilah kelucuan itu dimulai. Foto-foto dengan bule ini menjadi perhatian orang yang lalu lalang dan membuat ada yang ingin meminta berfoto-foto juga dan salaman. Itu terus berlangsung hingga beberapa orang dan membuat antrean untuk foto dan salaman dengan bule. Bule nya sendiri tampak tidak keberatan, malah tersenyum geli sambil melayani foto bersama dan salaman. Kami pun yang berada di dekat situ memperhatikan kejadian itu dengan takjub dan tertawa geli.

Setelah puas tertawa geli, ehhh maksudnya puas mengelilingi kawah, kami pun akhirnya menyusuri lagi jalan kembali ke parkiran mobil. Ternyata sudah jauh, sangat jauh saya berjalan sampai parkiran. Hari pun sudah semakin sore dan kami harus bergegas ke kota Bandung untuk mengurus booking tempat hotel kami menginap. Dan di tempat inilah pemandangan pagi hari saat bangun kami dapatkan.

Apa sih yang membuat saya ingin ke Tangkuban Parahu? Sebenarnya ini cita-cita sejak lama. Tepatnya sejak ABG. Waktu SMA dulu, lagu-lagu dari Nike Ardila sangat ngetrend. Termasuk saya dulu adalah yang menyukai lagu-lagunya. Video klip dari lagu Seberkas Sinar dari Nike Ardila (link) syutingnya di Tangkuban Parahu. Semenjak sering melihat video klip itu saya bertekad akan kesana suatu saat kelak. Ternyata baru sekarang kesampaian.

Harga tiket Tangkuban Parahu
Tiket masuk orang : Rp 13.000
Tiket masuk mobil : Rp 10.000
Tiket masuk motor : Rp 5.000

1 comment

Post a Comment