Ayo Kita ke Jakarta Fair (2012)

Logo PRJ
(foto: situs resmi PRJ)
Judul di atas bukan ajakan saya ke PRJ, tapi jingle iklan PRJ yang sering ditayangkan di TV atau diputar di radio-radio. Semacam ajakan untuk warga Jakarta dan sekitarnya untuk berpesta ria dengan pameran dan aneka hiburan yang ditampilkan dalam rangka memperingati HUT Kota Jakarta.

Kapan terakhir anda ke Pekan Raya Jakarta (PRJ)? Kalau saya dua tahun terakhir ini datang ke PRJ. Tahun lalu pun sebenarnya malas, tapi karena istri minta diantar, akhir nya ke sana juga. Yang bikin malas adalah karena pernah mengalami kejadian buruk, mobil dicongkel pintunya dan barang yang ada di mobil lenyap.

Kejadian nya sudah lama sekali. Yaitu sekitar tahun 1995. Waktu itu ada tugas dari kantor untuk ikut piket jaga stand. Saya dan teman datang ke PRJ dengan menggunakan mobil kantor. Lalu saya parkir dan saya meninggalkan tas di dalam mobil karena rencana tidak lama. Hanya mengecek saja dan terus pulang. Dan memang betul sekitar satu jam saya dan teman langsung keluar menuju mobil untuk pulang.

Sesampainya di mobil, seperti ada yang aneh. Pintu mobil tidak tertutup rapat. Dan setelah dilihat ternyata pintu ada bekas dicongkel. Tas yang saya taruh di dalam pun lenyap berikut benda tidak penting lainnya. Yang penting cuma dompet saya yang berisi kartu tanda pengenal, ATM dan uang beberapa puluh ribu. Barang lain yang ada di tas adalah buku-buku dan dokumen pekerjaan.

Lalu saya melapor ke satpam dan ke pos polisi yang ada di lingkungan PRJ. Oleh polisi dibuatkan surat kehilangan dan cuma berpesan agar lain kali lebih berhati-hati. Sebenarnya yang hilang adalah barang-barang yang tidak berharga semua. Hanya kartu pengenal dan ATM saja yang penting, yang untuk mengurusnya lagi memakan waktu. Cuma perasaan kesal saja mobil dicongkel dan diambil barang di dalamnya dan itu tanpa diketahui oleh satpam yang ada di sekitar situ.

Sejak kejadian itu saya malas ke PRJ. Itu berjalan bertahun-tahun dan selama itu di PRJ masih sering ada berita tentang tidak amannya parkir disana.

Belasan tahun kemudian, tepatnya tahun lalu (2011) saya mencoba ke PRJ lagi. Itu pun karena 'paksaan' dari istri. Kebetulan juga dari berita-berita yang ada, sudah ada perbaikan pelaksanaan PRJ akhir-akhir ini, khususnya tentang keamanan parkir. Saat datang pun suasananya berbeda. Sepertinya memang benar sudah ada perbaikan. Menurut saya perbaikan yang lumayan mencolok adalah adanya pagar yang tinggi dan tertutup dan adanya petugas yang menjaga di setiap blok parkir. Tentu saja adanya petugas polisi yang jumlahnya cukup menjaga di luar area PRJ. Hingga saat pulang setelah capek lihat pameran, kembali ke mobil masih dalam kondisi aman dan petugas yang menjaga pun membantu saat parkir keluar.

Berdasarkan pengalaman tahun lalu ke PRJ, tahun ini pun saat istri mengajak ke PRJ saya tidak keberatan. Hanya karena pertimbangan padatnya lalu lintas, parkir dan pengunjung, saya inginnya pergi tidak pada hari libur. Akhirnya kami sepakati hari jumat sore selepas jam kerja untuk kesana. Seperti sudah menjadi kebiasaan, hari jumat sore di Jakarta adalah hari macet. Perjalanan ke PRJ pun tertahan lama di jalanan akibat kepadatan.

Jam setengah 7 malam sampai juga di PRJ. Mobil yang mau masuk parkir cukup banyak. Di parkiran pun sudah banyak mobil yang parkir. Untungnya saya masih kebagian tempat parkir walau sudah agak ke ujung. Kesan saat parkir masih sama seperti tahun lalu dan semoga juga aman seperti tahun lalu.

Masih menggunakan kartu lama
(foto: pribadi)
Kami pun membeli tiket di loket di dekat area parkir sebelah timur. Disamping dikasih tiket, dikasih juga kartu untuk masuk (kartunya masih menggunakan bekas PRJ 2010). Masuk ke area pameran seperti 'dipaksa' melewati stand-stand sebelum masuk ke hall A. Stand-stand disini dibuat melingkar-lingkar. Ini adalah ide yang bagus agar semua stand bisa dilewati oleh pengunjung. Tapi bagi pengunjung menjadi hambatan kalau ingin segera ke hall yang besar atau ke area terbuka. Untung saja mendekati arah hall sudah ada semacam jalan pintas untuk tidak mengikuti alur yang dibuat itu. Walau pun begitu sudah lumayan membuat kaki mulai terasa pegal.
Di depan Hall A (foto: pribadi)
Kemudian kami lanjut melihat-lihat ke hall A. Sambil lalu saja dan setelah dirasa cukup lanjut ke area terbuka di luar. Masih cuma sambil lalu saja melihat stand-stand otomotif yang ada di area terbuka ini. Karena kaki sudah mulai pegal-pegal dilanjut istirahat sambil pesan kerak telor, makanan khas Betawi yang ada di samping area terbuka ini. Ada sederatan tukang kerak telor di area ini yang tertata rapi dengan bangku-bangku kecil yang di sediakan di sekelilingnya. Sebelumnya saya menyeruput dulu kopi hitam yang saya beli dari 'Bengawan Solo' yang berada di dekat tukang kerak telor.

Di dekat tempat saya duduk ada wartawan dari Metro TV yang ingin mewawancara salah satu penjual kerak telor seputar harapannya untuk kota Jakarta yang berulang tahun. Wartawannya memberi pengarahan sebelum gambar diambil dan kata-kata apa yang ingin disampaikan. Sambil membuat kerak telor, si abang ini mengucapkan selamat ulang tahun kota Jakarta dan harapannya ke depan. Setelah selesai pengambilan gambari si abang menanyakan kapan wawancara ini akan ditayangkan. Nanti tgl 30 juni sekitar jam 12 malam, begitu kata wartawan tadi. Si abang menggumam kenapa malam sekali penayangannya dan apa ada yang menontonnya. Saya pun merasa ini menarik dan saya foto.

Wartawan Metro TV mewancarai tukang kerak telor
(foto: pribadi)
Setelah membayar 2 porsi kerak telor @ Rp 20.000 kami pun langsung melanjutkan melihat-lihat lagi.

Kali ini saya menyusuri yang ke arah panggung utama. Berhenti disana sebentar. Lihat-lihat lagi di stand produk yang dulu pernah bekerja sana, kali saja ada teman yang masih dikenal. Lalu lanjut jalan berjalan dan melihat-lihat menuju ke arah hall lagi.

Area Terbuka (foto: pribadi)

Ada J'Lo di PRJ (foto: pribadi)

Bisnis baru Pos Indonesia, jualan snack? (foto: pribadi)

Big Cola (foto: pribadi)
Apa yang didapatkan keliling-keliling ini? Capek tentu saja. Untungnya ada SPG-SPG yang cantik dan seksi yang menawarkan produknya yang bisa sedikit membawa suasana segar. Saya jadi teringat seorang teman yang mengatakan kalau hal yang paling menarik di PRJ adalah kerak telor, pertunjukan musik dan SPG yang cantik-cantik.

Memang saya ke PRJ kali ini dan juga tahun lalu tanpa ada tujuan jelas. Hanya mau jalan-jalan, lihat-lihat, makan kerak telor. Hanya itu saja. Tadinya ingin juga nonton musik di panggung utama, tapi karena waktu mulai pertunjukannya masih lama akhirnya hanya jalan dan cuma melihat-lihat. Setelah capek baru pulang. Untungnya saat kesini hari Jumat. Walau pengunjung juga banyak, tapi masih tidak terlalu padat. Coba kalau hari Sabtu - Minggu pasti pengunjung akan lebih berjubel dan tentu akan tidak nyaman.

Ternyata yang merasakan pegal-pegal dan capai bukan hanya saya saja. Terlihat banyak orang yang duduk-duduk beristirahat di depan hall. Dari ujung ke ujung di undakan tangga yang berada di samping hall atau asal ada tempat yang bisa dipakai untuk duduk, dipenuhi oleh orang yang istirahat. Sepertinya pengelola PRJ bisa menyediakan tempat istirahat yang lebih layak untuk pengunjungnya. Sehingga tidak seperti sekarang banyak orang yang istirahat di mana saja tempat yang bisa untuk duduk-duduk.

Sekitar jam 9 malam saya pulang. Tapi pengunjung masih dan makin ramai dibanding saya datang tadi. Mungkin mereka ini yang memilih datang agak malam. Saya kembali ke parkiran mobil. Dan ternyata parkiran sangat-sangat padat. Hampir di setiap lorong parkir ada tambahan yang parkir secara paralel. Termasuk yang ada di depan mobil saya parkir. Mobil yang parkir paralel cukup padat dan tidak menyisakan ruang untuk menggesernya. Hal ini tentu saja membuat petugas parkirnya berusaha ekstra untuk membantu saya keluar dari tempat parkir. Keluarnya pun susah, jalanan di tempat parkir sempit karena termakan oleh yang parkir paralel. Hingga kalau tidak berhati-hati dan tidak dibantu petugas parkir akan menyerempet mobil lain. Belum lagi perilaku orang yang memarkir mobilnya secara paralel tapi tidak lurus sehingga menyusahkan saat menggesernya.

Setelah sekitar setengah jam sampailah ke loket pintu keluar. Waktu yang lama ini dikarenakan banyaknya mobil yang berbarengan keluar dan dari arah yang berlawanan masih banyak juga mobil yang baru masuk. Heran juga sudah jam 9 malam masih ada yang masuk ke parkiran.

Setelah keluar dan lewat Jl. Benyamin Sueb jadi makin kaget. Karena mau masuk ke jalan besarnya saja susah dan ngantri lama. Ternyata hampir separuh lebih jalan Benyamin Sueb yang tepat di depan/belakang PRJ sudah menjadi tempat parkir massal. Ternyata tempat parkir yang disediakan oleh PRJ masih belum mencukupi dengan banyaknya pengunjungnya.

Jadi, masih ada beberapa lagi pelaksanaan PRJ, apakah anda punya rencana kesana? Saran saya kalau kesana, niatkan hanya untuk jalan-jalan saja, makan kerak telor dan lihat SPG yang seger-seger. Perkara anda bisa mendapatkan hal lain, anggap saja sebagai bonus. Dan yang lebih penting lagi, tingkatkan kesabaran untuk berjubel-jubel dan bermacet ria untuk masuk dan keluar PRJ.


Harga tiket masuk
Senin – Kamis : Rp 20.000
Jumat, Sabtu, Minggu: Rp 25.000

Jam buka pameran
Senin – Kamis : 15.30 – 22.00 WIB
Jumat : 15.30 – 23.000 WIB
Sabtu – Minggu : 10.00 – 23.00 WIB

3 comments

  1. hayoo gak boleh lirak lirik SPG ne loh mas Kamal hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenarnya ga lirak lirik mas. tapi karena jumlahnya banyak, jadi ngadep kemana pun akan terlihat spg sing kinyis2 iku. atau sampeyan nunduk pun masih akan terlihat... ga percaya? makanya kesini nonton ke prj. ntar tak kasih tau buktinya... wkwkwkw...

      Delete
  2. wegah ke prj
    tukang parkir dan pedagang kakilimanya suka kaya preman
    kalo spgnya sih boleh
    hehe

    ReplyDelete

Post a Comment