Selamat Ulang Tahun Kota Jakarta ke 485


Kemarin, 22 Juni 2012 adalah hari jadi kota Jakarta yang 485. Selamat ya untuk kota Jakarta yang bertambah usianya. Peringatan hari jadi kota Jakarta didasarkan pada direbutnya Batavia oleh Fatahilla dari Portugis pada tahun 1527. Cerita seputar hari lahir Jakarta salah satunya bisa dilihat disini. Ditulis oleh seorang wartawan senior Republika yang saya suka membaca-baca tulisannya.

Pada hari jadinya ini, disamping diperingati tentu saja kita punya harapan untuk kota ini. Walau saya tidak tinggal di Jakarta, melainkan di pinggirannya, tapi tetap punya harapan Jakarta bisa menjadi lebih baik dalam segala hal.

Jakartaku, Harapanku, itu adalah slogan di ulang tahun Jakarta tahun 2012 ini. Apakah slogan ini sudah sesuai dengan yang kita harapkan? Hmmm... nanti dulu. Yang jelas, Jakartaku belum menjadi harapanku. Pertama, kemacetan. Coba perjalanan kemana di Jakarta ini yang tidak kena macet. Apalagi jika anda melakukan dari pinggiran Jakarta, akan makin terasa kemacetannya. Saya belum tahu bagaimana kalau dari arah Tangerang atau Bogor. Tapi kalau dari Bekasi sudah bisa ditebak. Harus belajar kesabaran agar tidak stress di jalan.

Usaha-usaha untuk mengurangi kemacetan sebenarnya sudah mulai dilakukan. Salah satunya adalah memperbaiki angkutan umum yang masal dan terjadwal yang biasa kita kenal dengan Trans Jakarta (ada yang salah kaprah menyebut busway). Tapi itu belum bisa mengurai kemacetan secara signifikan. Masih diperlukan lagi jenis angkutan masal yang lebih banyak dan lebih masal. Tidak tahu karena janji Pilkada ada papan reklame di daerah Jakarta Timur yang mengumumkan MRT (mass rapid transportation) akan dibangun tahun depan (2013). Andai benar terwujud mungkin kemacetan akan mulai bisa diatasi.

Tentu ini harus diimbangi dengan pengaturan penggunaan kendaraan pribadi. Sekarang ini terkesan tidak ada pengaturan akan hal ini. Walau ada program 3 in 1, tapi sepertinya bukan solusi yang tepat. Disamping bisa diakali dengan membayar joki tapi juga berakibat jalur di sekitarnya yang kena imbas kemacetan.

Kedua, banjir. Untungnya pada ulang tahun kota Jakarta tidak bertepatan dengan musim penghujan. Andai bertepatan kita tentu akan dihadiahi dengan banjir. Ya banjir sepertinya sudah menjadi masalah klasik. Dulu saat Jakarta masih belum seluas sekarang atau pada masa kompeni sudah ada usaha untuk mengatasi banjir ini. Yaitu dengan dibuatnya kanal-kanal seperti hal nya di kota-kota di Belanda. Padahal dulu penduduk Jakarta jauh tidak sepadat sekarang, bangunan-bangunan juga tidak sebanyak sekarang, tapi pemerintah kota Jakarta saat itu sudah terfikirkan untuk mengatasi hal ini. Saat ini yang terlihat usaha sejenis adalah selesainya pembangunan Kanal Banjir Timur yang disamping bisa menjadi saluran limpahan air dan juga menjadi area terbuka hijau. Usaha lainnya masih belum terlihat.

Mungkin yang susah diatasi adalah fenomena banjir kiriman dari Bogor. Ditambah lagi dengan buruknya jalur sungai yang membawa kiriman banjir dari Bogor ini. Seperti misalnya pendangkalan sungai, kurang sadarnya penduduk di sekitar sungai dalam hal membuang sampah, atau membuat bangunan permanen dan semi permanen di sungai yang membuat sungai menyempit. Walhasil air jadi meluap saat ada aliran air berlebih di musim penghujan. Apalagi saat dikirimi banjir dari Bogor.

Terus apa lagi yang menjadi harapan untuk Jakarta? Akan banyak kalau mau disebutkan satu persatu hal-hal yang kita inginkan dari sebuah kota. Nanti akan bingung pemerintah daerah Jakarta memenuhi harapan-harapan itu. Buat saya sih yang penting macet bisa diatasi sudah lumayan memenuhi harapan. Walau saya tidak tahu ini harapan kosong atau bukan.

Bagaimana harapan anda untuk kota Jakarta?

4 comments

  1. met ultah jakarta, mt kenal... ijn follow ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. met kenal jg bu ami. terima kasih atas follow nya.
      dan saya juga berterima kasih atas tulisan bu ami yg terakhir, yg mengingatkan saya membaca lagi buku quantum ikhlas yang pernah dibeli dan dibaca. sekarang jadi dibaca lagi.

      Delete
  2. harapan untuk Jakarta ya
    manajemen transportasi yang baik, di beberapa titik persimpangan sebetulnya ada yang bisa mengurangi macet ,
    misalnya pengaturan lamanya pergantian merah hijau, pusat ekonomi jangan numpuk di segitiga emas ... ,
    dan tentunya masalah sampah, tetap saja ya sekarang ini orang buang sampah sembarangan, mengubah perilaku orang dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. tertarik mengenai perilaku. perilaku2 negatif warga jakarta, seperti ga mau antri, ga mau disiplin, buang sampah sembarangan sepertinya bukan perilaku orang kota yang semestinya. perilaku seperti itu biasa dilakukan di kampung yang masih homogen. hmmmm... jadi ingat pernah membaca tulisan tentang jakarta yang katanya sebenarnya bukan sebuah kota yang utuh, tapi sebuah kumpulan kampung raksasa :-)

      Delete

Post a Comment