Bandara Soetta, dimana tuh?

Bandara Soekarno-Hatta. Foto: poskota.co.id
Anda tentu sering melihat saat membaca koran, tulisan di media online, yang menulis Bandara Soetta untuk singkatan dari Bandara Soekarno - Hatta. Dengan membaca Bandara Soetta apakah anda langsung mengerti bahwa yang dimaksud adalah Bandara Soekarno - Hatta? Kalau iya, bagaimana kesan anda dengan singkatan itu?

Karena pertanyaan-pertanyaan di atas itu lah saya menulis tentang ini. Saya merasa kurang pas dengan singkatan itu. Dan saat membaca pertama kali pun saya berfikir ini apa dan tidak mengerti maksudnya. Tapi karena singkatan itu ditulis saat membahas tentang bandara saya akhirnya mengerti yang dimaksudkan. Tapi buat saya singkatan Soetta masih terasa janggal.

Sebuah tempat, dikasih nama dengan nama pahlawan atau tokoh setempat tentu dengan maksud tertentu. Salah satunya adalah bermaksud menghormati dan mengenang sang pahlawan atau tokoh tersebut. Dengan diabadikan menjadi nama sebuah bandara internasional harapannya adalah kita bisa makin menghormati dan meneladani tokoh proklamator kita, Soekarno - Hatta. Apalagi bandara internasional di ibukota negara adalah merupakan obyek vital yang tentu saja tidak dikenal secara nasional tapi juga secara nasional. Lalu apa jadinya kalau disingkat menjadi Bandara Soetta? Apa asosiasi orang mendengar nama itu? Kira-kira pas tidak dengan maksud dan tujuan pemberian nama Soekarno - Hatta?


Ternyata ada tokoh juga yang berang dengan singkatan itu. Adalah sejarawan Anhar Gonggong, yang menyatakan bahwa singkatan Bandara Soetta melecehkan Proklamator. Lebih jauh, Gonggong menyatakan bahwa bahasa adalah cerminan karakter bangsa. Kalau mempraktekkan bahasa sendiri aja tidak becus maka akan sulit menampakkan karakter orang atau suatu bangsa.

Senada dengan Gonggong, DPP Partai Marhaenisme juga tidak setuju dengan singkatan ini. Singkatan Bandara Soetta dianggap dapat mengaburkan makna yang sebenarnya dan rentan disalahpahami bagi orang yang tidak mengenal istilah tersebut. Makanya ia meminta penulisan Bandara Soetta diubah menjadi yang semestinya.

Tanggapan kedua pihak tadi sebenarnay cukup lama. Yaitu pertengahan tahun 2010 dan awal 2011. Tapi hingga saat ini singkatan Bandara Soetta masih digunakan.

Sebenarnya ada singkatan lain yang juga mengganggu. Misalnya Jalan Otista (Otto Iskandardinata), Jalan Gatsu (Gatot Subroto), Jalan Tuparev (Tujuh Pahlawan Revolusi). Sebenarnya penamaan jalan dengan nama tokoh/pahlawan tersebut terkandung maksud yang bagus. Tapi dengan disingkat menjadi kabur maksudnya.

Untung saja Gelora Bung Karno disingkat menjadi GBK. Akan janggal juga kalau misalnya disingkat menjadi Gebuk.

Bagaimana menurut anda?

2 comments

  1. Kalau menulis resmi seperti koran mestinya jangan di singkat ya Mas. Tapi kalau menulis SMS yg tombohlnya cape banget kalau mencet kebanyakan, ya gak apa-apa kali..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurutku kalau di media massa, baik cetak atau online, mestinya tidak menyingkat. Atau kalau pun harus, bisa menggunakan singkatan yang sudah baku, misalnya yang termuat di KBBI. Dan bukan orang yang biasa sebut. Atau kalau memang terpaksa sekali bisa dicetak dengan italic, yang menandakan kalau itu tidak baku.

      Tapi kalau sms sih saya setuju disingkat. Tapi untuk nama saya ga tega menyingkatnya. Dalam kasus bandara soetta, saya lebih senang menyingkatnya menjadi 'bandara jkt'.

      Delete

Post a Comment