Konser Ligro Trio di Bentara Budaya Jakarta

Saya benar-benar memiliki kesempatan langka akhir pekan kemarin. Ada 2 pertunjukan jazz yang bagus di Bentara Budaya Jakarta (10 Feb 2011) dan Goethe Institut (11 Feb 2011). Saya berkesempatan hadir dalam pertunjukan tersebut. Dan berikut ini adalah catatan saya tentang 2 pertunjukan tersebut yang akan saya tulis menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah tentang pertunjukan di Bentara Budaya Jakarta dan satunya lagi pertunjukan di Goethe Institut.

Berawal dari berita di harian Kompas sehari sebelumnya, bahwa tanggal 10 Februari 2011 akan ada pertunjukan jazz di Bentara Budaya Jakarta. Maka saya berusaha untuk menyempatkan hadir. Sebenarnya sudah sering mendengar kalau Bentara Budaya secara rutin menggelar pementasan jazz dan juga pemutaran film. Tapi karena waktu tersita untuk pekerjaan, makanya tidak sempat hadir.

Saya hadir tepat jam 7 malam. Sekitar 30 menit sebelum pertunjukan dimulai menurut jadwal. Penonton sudah mulai berkumpul. Sebagaian masih ngobrol ngobrol di gerbang Bentara Budaya. Dan sebagian lagi sudah menempati kursi yang disediakan.


Panggung pertunjukan berada di halaman depan Bentara Budaya Jakarta yang dilengkapi tenda. Suasana sangat santai dan cair. Penonton bisa merokok bebas karena udara terbuka. Karena pertunjukan dilakukan di tempat terbuka maka sound nya pun harus bagus untuk bisa menikmati pertunjukan musik luar ruang yang banyak bunyi bunyi yang mengganggu.

Sekitar jam 8 malam, molor 30 menit pertunjukan dimulai. Personil Ligro Trio yang terdiri dari Agam Hamzah (gitaris), Adi Darmawan (bas) dan Hendi 'gigi' (drum) sudah berada di panggung dan bersiap menyetel peralatannya.

Maka pelan pelan pertunjukan dimulai dengan permainan gitar yang apik. Sedikit efek. Pelan-pelan tapi makin lama permainan agak cepat. Akhirnya dipadu dengan drum dan permainan bas. Sebuah pembukaan yang bagus.


Ligro Trio memainkan komposisi jazz fusion. Menurut leaflet Bentara Budaya, jazz fusion berfokus pada teknik improvisasi dengan irama funk dan R&B. Dari suara yang dihasilkan memiliki efek musik rock. Maka nomor yang dibawakan irama funk yang ramai dan kadang kadang menghentak hentak. Nada nadanya tidak serumit pada jazz standar. Sehingga lebih mudah dicerna. Apalagi kalau sudah menyukai musik rock klasik akan dengan mudah menikmati komposisi yang disajikan.


Disamping memainkan efek-efek yang ramai group ini juga bereksperimen terhadap bunyi-bunyian. Eksperimen pertama bermula ketika gitaris bermain-main dengan efek elektriknya yang di lantai. Ia bahkan sampai harus jongkok. Lalu diikuti juga oleh basis yang juga memainkan juga efek elektriknya. Sungguh efek-efek itu memberi warna yang menarik. Walau kedua pemain itu harus jongkok demi memainkan efek yang berada di lantai. Hingga akhirnya basis bereksperimen dengan bunyi-bunyian yang dibuatnya. Ia membawa selembar seng yang secara musikal dipukuli sehingga berbunyi seperti efek elektrik. Ia juga bermain dengan paku yang dilemparkan di atas lempengan seng tadi. Juga ia bermain dengan bunyi-bunyian martil yang dipukulkan ke apa saja di sekeleling situ. Sungguh suatu hal yang mengejutkan dan menarik dari pertunjukan ini. Menurut personilnya di akhir komposisi dimainkan, efek-efek bunyian tadi secara sponitas dari sang basis. Sebelumnya bahkan personil lainnya tidak tahu untuk apa Adi membawa alat-alat tadi ke panggung.


Setelah hampir 1 jam kelompok ini memainkan lagu-lagu dari album pertama dan keduanya pertunjukan ini berakhir. Pertunjukan menjadi menarik dengan adanya interaksi dengan penonton. Pemainnya memberi komentar pada setiap komposisi selesai dinyanyikan. Tentu saja dengan gaya santai. Bahkan dengan entengnya Hendi berkata “saya tidak pandai bicara, jadi tidak banyak yang dibicarakan. Lebih baik langsung main musik saja”

Secara umum pertunjukan ini menarik. Memberi peluang untuk menikmati musik 'yang lain' secara langsung. Komposisinya juga cukup bagus dan masih mudah diikuti. Terutama bagi yang menyukai musik yang hingar bingar dan rock.

Pertunjukan ini adalah pertunjukan rutin yang diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta. Kalau tidak salah setiap dua bulan ada grup musik (juga jazz) yang tampil di panggung ini. Acara seperti ini perlu didukung untuk lebih memberi ruang apresiasi musik khususnya jazz. Sukses untuk Bentara Budaya Jakarta atas pementasannya dan sampai jumpa di bulan mendatang.

Post a Comment