Kampung Daun

Kampung Daun adalah salah satu yang kami kunjungi saat ke Bandung kemarin. Sebenarnya tidak mau mau merencanakan. Tapi dari masih di rumah, nyonya selalu bilang 'nanti ke Kampung Daun ya..' Kami tidak mau merencanakan karena takut tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Misalnya tempatnya, dan segala macamnya la. Kami membiarkan saja nanti seperti apa saat dijalani saja.

Begitulah setelah sampai di Bandung kami mencari tempat menginap dulu. Setelah dapat baru dilanjutkan dengan sesi berikutnya, acara untuk ibu-ibu, yaitu safari FO. Kali ini yang kami tuju cuma FO yang berada di sepanjang Jl. Ir. H. Juanda (Dago). Dan setelah selesai belanja langsung menuju ke Kampung Daun.

Lihat catatan, cari alamatnya dan langsung jalan. Waktu itu sudah jam 8 malam. Langsung dicarilah jalan yang mengarah ke Lembang. Seperti biasa Jl. Setiabudhi pasti macet. Menikmati pelan-pelan kemacetan hingga terminal Ledeng. Dari situ belok kiri ke arah Jl. Sersan Bajuri (saya salut dengan jalan ini walau pakai nama pahlawan lokal yang berpangkat sersan, tapi jalur ini adalah jalur wisata yang ramai dan berkembang). Menurut alamatnya kira-kira berjarak 4,1 KM dari ujung Jl. Sersan Bajuri.

Menyusuri Jl. Sersan Bajuri yang makin jauh makin gelap. Jalanan juga menyempit. Walhasil mata harus tetap jeli membaca petunjuk jalan menuju lokasi. Sesekali melihat GPS untuk meyakinkan agar tidak tersesat.

3 km lagi... 2 km lagi... 1 km lagi... saya makin pelan mengendarai mobil. Takut terlewat tempatnya karena hari makin malam. Di depan ada tulisan Triniti Villa (atau semacam itu karena saya tidak melihat), saya lewat saja. Tapi tiba-tiba nyonya bilang sepertinya kita terlewat. Perasaan juga sama, seperti terasa kelewatan. Akhirnya memutar balik dan masuk ke dalam Villa Triniti. Dan ternyata benar, saya baru tahu ternyata Kampung Daun itu berada di kawasan Villa Triniti. Di gerbang dengan pagar besi, seperti komplek perumahaan elit, tertulis 'Kampung Daun 750 m lagi...'.

Ya sebentar lagi sampai tujuan. Terlihat di depan ada keramaian dan pos parkir (tepatnya tempat nongkrong tukang parkir). Tapi yang membingungkan kok di depan sana ada tulisan 'Rumah Doa'. Apa saya tidak salah lagi nih... Apalagi ternyata kerumunan yang saya lihat itu sepertinya baru bubaran dari Rumah Doa tadi. Akhirnya saya tanya ke tukang parkir yang sedang nongkrong di 'tempatnya' dimana Kampung Daun itu. Mereka menjawab ya benar disini. Parkir aja di depan ada yang kosong. Lalu saya turun dan menuju ke pintu gerbang. Sampai disini pun saya sebenarnya masih ragu. Karena saya tidak melihat penanda saya sudah masuk Kampung Daun. Karena di gerbangnya ada tulisan 'Selamat Natal 2010 dan Tahun Baru 2011'.

Setelah melihat-lihat sebentar terus saya melakukan reservasi. Walau jam sudah menunjukkan jam 10 malam ternyata pengantrinya masih cukup banyak. Rata-rata pengantri melakukan reservasi untuk 3 orang lebih. Hanya sedikit yang reservasi untuk 2 orang seperti saya. Saya mendapatkan antrian ke 8. Kata petugasnya kira-kira harus menunggu 20 - 30 menit. Waktu yang lumayan lama untuk menahan dingin dan lapar yang sudah terasa sejak mau berangkat ke Kampung Daun sini.

Tiba lah giliran kami menuju ke saung, pesan makan dan tentu menunggu. Sambil menunggu makanan yang agak lama menikmati gemericik air terjun yang khas. Melihat tebing bebatuan di samping saung dan tentu saja udara yang makin dingin. Tidak lama kemudian datang la makanan yang dipesan.

Secara umum makanannya lumayan enak. Cuma untuk sop yang harus dihidangkan panas, sampai ke saung sudah berkurang panasnya. Yang menang disini adalah suasananya.

Tips untuk ke sana:
  • Cari informasi tentang rute. Karena jaraknya lumayan jauh dari pusat kota. Apalagi kalau berkunjung waktu malam. Bisa terlewat dan tentu akan memakan waktu.
  • Bawa baju hangat terutama kalau berkunjung pada malam hari
  • Jangan terlalu lapar. Kasihan anda menunggu antrian, menunggu pesanan dan mungkin juga akan mengganggu untuk menikmati suasanya

Post a Comment